Langsung ke konten utama

Fakta Gaya Komunikasi Politik Jokowi


Walikota Solo Joko Widodo dan Gubernur Jateng Bibit Waluyo kembali menjadi buah bibir media. Terhitung, untuk kedua kalinya dua pejabat publik ini berbeda pendapat atas suatu hal dan kemudian menjadi konsumsi media.

Polemik babak kedua antara kedua pejabat yang berbeda level ini mencuat ketika Jokowi menjajal mobil baru buatan siswa SMK 2 Surakarta dan SMK Warga Surakarta. Mobil yang diberi merek Kiat Esemka itu “dipilih” Jokowi sebagai mobil dinas, menggantikan mobil dinas lamanya buatan salah satu produsen asal Jepang.

Jokowi boleh merasa bangga atas hasil karya siswa SMK itu. Langkah Jokowi mengomunikasikan rencananya memakai mobil Kiat Esemka juga tidak salah. Namun, saat pers meminta komentar atas keputusan Jokowi kepada Gubernur Bibit, yang muncul justru sindiran dan bukan dukungan. Dari sini, terlihat perbedaan gaya komunikasi antara Jokowi dengan Bibit.

Menilik pada gaya komunikasinya, Jokowi termasuk dalam kategori expresser. Orang dengan gaya expresser memang mudah mengekspresikan ide dan argumentasinya. Langkah Jokowi memilih mobil Kiat Esemka merupakan bagian dari selling his idea or arguments. Begitulah gaya komunikasi seorang expresser saat bereaksi atas tekanan atau dominasi di sekelilingnya. Dominasi ini tak lain terkait dengan membanjirnya produk otomotif Jepang dan negara lain di Indonesia. Secara lebih substil, dominasi ini juga bisa diartikan masih dominannya pejabat publik di negeri kita yang berlomba-lomba hidup dalam kemewahan yang salah satunya terlihat dari kepemilikan mobil mewah atau fasilitas mobil mewah atas jabatan yang disandang seseorang. Dominasi inilah yang hendak didobrak Jokowi.

Di tengah riuhnya berita seputar korupsi dan gaya hidup mewah “sejumlah” pejabat Indonesia, tokoh publik dengan gaya komunikasi expresser seperti Jokowi menawarkan sepenggal perubahan dengan gaya menyentak sekaligus menginspirasi. Walikota Solo ini secara halus hendak memanggil kembali ingatan publik akan pentingnya berlaku hidup menjauhi kemewahan. Yakni, dengan memakai mobil dinas yang harganya tak sampai Rp 100 juta sembari membangun kembali kebanggaan atas produk anak negeri sendiri di tengah arus deras produk luar negeri dan impor yang membanjiri Indonesia.



Langkahnya ternyata berbuah positif. Pejabat publik, pengamat sosial, hingga selebriti ikut mendukung langkah Jokowi. Namun, lain halnya dengan Gubernur Bibit Waluyo. Alih-alih mendukung Jokowi, Bibit justru menyindir keputusan Jokowi menjadikan mobil Kiat Esemka sebagai mobil dinasnya. Di mata Bibit, langkah Jokowi terbilang sembrono. Sebab, hasil uji kelayakan dan keamanan mobil Kiat Esemka ini belum keluar. Di sini pula terlihat perbedaan gaya komunikasi Jokowi dengan Bibit.

Bibit Waluyo merupakan sosok dengan gaya komunikasi driver. Ini bisa dikenali dari sikapnya yang decisive dan strong viewpoints. Gaya komunikasi driver ala Bibit Waluyo inilah yang menyeretnya pada a competitive situation and likes to win. Sindiran Bibit Waluyo disadari atau tidak menempatkannya pada situasi yang terkesan “bersaing” dengan Jokowi.

Jika dibilang kompetisi, inilah kompetisi kedua antara Jokowi dengan Bibit Waluyo yang menyedot perhatian publik. Sebelumnya, Jokowi pernah berbeda pendapat dengan Bibit seputar pemanfaatan bekas pabrik es kuno Saripetojo. Kala itu di tahun 2011, Bibit hendak mengubah Saripetojo menjadi mal. Rencana itu ditolak Jokowi. Alasannya, bekas pabrik tersebut merupakan cagar budaya dan Jokowi mempertimbangkan nasib pasar tradisional yang hanya berjarak 500 meter dari bekas pabrik es tersebut.

Lebih jauh, polemik yang muncul atas keputusan Jokowi memilih Kiat Esemka sebagai mobil dinasnya juga tidak lepas dari faktor ethos yang melekat pada diri Jokowi. Dalam ranah studi komunikasi, ethos berarti efektivitas komunikasi berdasarkan karakter yang melekat pada diri si komunikator. Ronald D. Smith (2005) menyebutkan, ethos ini bisa ditilik dari tiga K yakni: kredibilitas, kharisma, dan kontrol. Dari segi kredibilitas, Jokowi mampu menampilkan kesan sebagai pribadi yang jujur (honesty) atas pilihannya. Dari sisi kharisma, selaku Walikota Surakarta Jokowi dikenal akrab oleh warga Surakarta dan sesekali menunjukkan keputusan yang punya daya tarik (attractiveness) dibandingkan kepala daerah lain pada umumnya. Sementara itu, dari sisi kontrol Jokowi merupakan kepala daerah yang memiliki kekuasaan dan otoritas. Tak pelak lagi, keputusan Jokowi yang “baru” dan “berbeda” akan selalu menjadi santapan media dan publik.

Ethos saja belum cukup. Daya tarik atas keputusan Jokowi juga dipengaruhi oleh faktor logos dan pathos. Logos bermakna sebuah pesan akan efektif jika masuk akal atau rasional. Pilihan Jokowi pada mobil Kiat Esemka ya masuk akal saja. Sebagai produk baru, tidak ada salahnya Jokowi mencobanya. Toh, uji kelayakan juga sudah dilakukan oleh tim pembuat meskipun sertifikasi resmi dari Kementerian Perhubungan belum diterbitkan.

Picu pelengkap polemik ini juga sangat dipengaruhi oleh pathos. Pathos dapat diartikan sebagai daya tarik sebuah pesan berdasarkan sentimen. Kehadiran mobil Kiat Esemka yang direspon positif oleh Jokowi sarat dengan daya tarik emosional bernada positif (positive emotional appeals)serta daya tarik keunggulan (virtue appeals). Emosionalitas itu makin terasa ketika banyak orang memberikan apresiasi positif terhadap langkah Jokowi. Ini juga diperkuat dengan aspek keunggulan yang ditampilkan mobil Kiat Esemka. Bagaimana tidak unggul, wong mobil tersebut diproduksi oleh siswa-siswa tingkat SMK yang belum juga lulus sekolah.

Terlepas dari uji mutu mobil Kiat Esemka bila dibandingkan dengan mobil buatan pabrikan besar, setidaknya publik harus mengakui bahwa mendesain, membangun, dan memproduksi bukanlah pekerjaan remeh. Dibutuhkan kemampuan dan kecerdasan mekanistis untuk bisa merangkai berbagai komponen menjadi satu produk bernama mobil. Kemampuan seperti itu, lazimnya dimiliki SDM yang sudah lulus pendidikan S1 dari jurusan teknik. Kini, seiring makin cepatnya kemampuan generasi muda mengadopsi teknologi, sebuah produk mobil bisa lahir dari keliatan usaha para siswa SMK yang dibantu bengkel mobil lokal bernama Sukiat.

Seorang pemimpin bergaya komunikasi expresser seperti Jokowi sangat mungkin juga dipengaruhi oleh faktor budaya. Ini mengingatkan kita pada labelisasi glembuk Yogya, umuk Solo, dan gertak Semarang dalam masyarakat Jawa. Umuk dalam bahasa Jawa berarti pamer atau omong besar. Sebagai sebuah kata, konotasinya bisa positif dan negatif. Selaku pemimpinnya wong Solo, Jokowi menampilkan gaya umuk-nya. Namun, umuk¬-nya Jokowi ini bermakna positif. Omong besar atau pamer atas sebuah karya anak bangsa yang membanggakan perlu dan harus dilakukan khususnya oleh pejabat maupun tokoh publik.

Umuk ini ternyata mendapat sambutan gertak ala Semarangan dari Gubernur Bibit Waluyo yang memang bermukim di Semarang. Merujuk pada maknanya, gertak berarti sesumbar atau menggambarkan sifat olok-olak sebelum pertarungan mulai. "Kalau pas dikendarai nabrak kebo, gimana?" (Koran Tempo, 5/01/2012) seperti yang diungkapkan Gubernur Bibit adalah bukti sepenggal olok-olok yang dimaksud. Boleh jadi, kompetisi lanjutan kedua kepala daerah ini akan berlanjut di ruang-ruang publik berikutnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Salon Kecantikan Terbaik untuk Perempuan: Layanan Gunting, Cuci Rambut, dan Lebih Banyak Lagi

Perempuan berhak merawat rambutnya agar tampil cantik Dalam dunia yang semakin sibuk ini, setiap perempuan berhak untuk merasa cantik dan percaya diri. Salah satu cara untuk mencapai itu adalah dengan merawat rambut di salon kecantikan yang profesional. Di salon kami, kami menawarkan berbagai layanan yang dirancang khusus untuk memenuhi kebutuhan kecantikan perempuan, termasuk gunting, cuci rambut, blow, coloring, smoothing, dan hair mask. Layanan Unggulan Kami 1. Gunting Rambut Gunting rambut adalah langkah pertama untuk mendapatkan penampilan yang segar. Tim stylist kami yang berpengalaman siap membantu Anda menemukan gaya rambut yang paling sesuai dengan bentuk wajah dan kepribadian Anda. 2. Cuci Rambut Setelah gunting, cuci rambut adalah langkah penting untuk menjaga kebersihan dan kesehatan rambut. Kami menggunakan produk berkualitas tinggi yang dapat memberikan kelembapan dan nutrisi yang dibutuhkan oleh rambut Anda. 3. Blow Layanan blow kami akan memberikan sentuhan akhir yang s...

Layanan Make Up Artist Terjangkau di Pasar Rebo, Jakarta Timur

Layanan Make Up Artist Terjangkau di Pasar Rebo, Jakarta Timur Apakah Anda sedang mencari layanan make up artist yang terjangkau dan berkualitas di wilayah Pasar Rebo, Jakarta Timur? Kami hadir untuk memenuhi kebutuhan Anda! Dengan harga yang bersahabat, kami menawarkan layanan make up khusus untuk perempuan yang ingin tampil cantik dan percaya diri di berbagai acara. Kenapa Memilih Layanan Kami? Harga Terjangkau : Kami memahami bahwa setiap perempuan ingin tampil cantik tanpa harus menguras kantong. Dengan harga yang kompetitif, Anda bisa mendapatkan layanan make up profesional tanpa merasa terbebani. Kualitas Profesional : Tim make up artist kami terdiri dari para profesional yang berpengalaman di bidangnya. Kami menggunakan produk berkualitas tinggi untuk memastikan hasil make up yang tahan lama dan sesuai dengan keinginan Anda. Layanan Khusus untuk Perempuan : Kami fokus pada kebutuhan perempuan, mulai dari make up untuk acara pernikahan, pesta, hingga make up sehari-hari. Kami sia...

Membangun Citra yang Unggul Bagian ke-1

Menjual produk tak ubahnya menawarkan sebuah karya seni. Karya seni menawarkan citra tertentu bagi para penikmatnya. Karena image yang melekat di dalamnya, karya seni menjadi menarik untuk dilihat sekaligus dinikmati.  Hal serupa juga terjadi saat menawarkan, menjajakan dan memasarkan produk. Dalam arus modernitas seperti yang terjadi sekarang, citra sebuah produk seringkali dikaitkan dengan feeling alias perasaan. Siapa saja yang bisa menggaet feeling khalayak, maka dia berhasil menanamkan image suatu produk di benak konsumen dan calon konsumen.  Kenapa citra menjadi penting? Citra yang melekat para brand merupakan tahap lanjutan untuk terus mendekatkan produk dengan konsumennya. Agar konsumen loyal terhadap sebuah produk, konsumen tidak cukup jika hanya mengenal brand dan kegunaan produk.  Citra harus bisa dilekatkan dalam memasarkan produk. Citra yang kuat dan pas pada sebuah produk akan mengajarkan kepada konsumen untuk mengaitkan sebuah produk dengan perasaan tert...