Minggu, 19 Oktober 2008 kemarin menjadi konser terakhir bagi band terbesar Indonesia: Peterpan. Pasca konser terakhir yang digelar di Pantai Carnaval Ancol Jakarta dan disiarkan secara khusus oleh dua televisi swasta itu, Peterpan bakal berganti nama.
Pergantian nama itu sendiri menjadi salah satu cerita khusus bagi perjalanan Peterpan yang terbukti sudah mendapat simpati jutaan penggemarnya.
Peterpan dipaksa ganti nama setelah muncul perpecahan di antara personilnya. Itu terjadi setelah keluarnya Andika.
Pemain keyboard ini mengklaim dirinyalah yang mengusulkan agar band yang dibentuknya bersama Ariel dan kawan-kawan diberi nama Peterpan. Karena Andika dikeluarkan dari Peterpan oleh Ariel, maka Andika secara khusus meminta agar nama Peterpan tidak lagi digunakan. Alhasil, hingga waktu yang telah disepakati Peterpan harus berganti nama.
Pergantian nama grup band ini mengingatkan saya pada jargon yang diusung oleh perusahaan Fortune PR. Dalam sebuah kesempatan, Fortune PR memampang tulisan di berbagai sudut kantornya: Berubah atau Punah! Jargon itu merupakan sebuah lecutan semangat bagi seluruh awak perusahaan itu untuk senantiasa mengikuti perubahan pasar dan kebutuhan konsumen.
Namun berbeda dengan Peterpan. Grup band asal Bandung dengan vokalis Ariel ini memang harus berubah nama karena ada kesepakatan khusus dengan salah seorang bekas personilnya. Perubahan nama itu memang sudah saatnya terjadi.
Secara khusus, perubahan nama itu dikemas dalam konser terakhir dengan tajuk: Sebuah Nama, Sebuah Cerita. Itulah akhir cerita Peterpan. Nama Peterpan tidak akan lagi muncul di blantika musik Indonesia. Tapi personilnya tidak lantas bubar jalan.
Perubahan nama itu justru menjadi awal transformasi bagi Ariel dan kawan-kawan. Seperti yang sering diteriakkan pada saat konser tadi malam,”Lanjuuuuut!”
Aktivitas bermusik mereka memang akan terus berlanjut dengan nama baru. Pergantian nama Peterpan ini ditegaskan dengan kehadiran sejumlah bintang tamu dalam konser terakhirnya tadi malam. Ini menjadi daya tarik tersendiri. Sebuah kampanye public relation yang brilian.
Selain menghadirkan Giring Nidji, Pasha Ungu, dan Ryan D’massiv, Ariel juga sempat menyanyikan satu lagu bersama salah satu ikon musik Indonesia Iwan Fals. Kehadiran vokalis-vokalis band ngetop ini bisa diartikan untuk menggalang ingatan kolektif publik bahwa Peterpan dilepas dalam kebersamaan. Itu juga menjadi sebuah pengakuan bagi Peterpan atas nama besarnya di antara band-band ngetop di Indonesia.
Pergantian nama sebuah grup band merupakan hal yang jarang terjadi. Hampir semua grup band berupaya keras mempertahankan namanya. Sebab, nama merupakan merek yang bakal diingat dalam jangka waktu lama oleh penggemar mereka dan masyarakat luas.
Berganti nama bisa saja diartikan bunuh diri. Sebab itu bisa diartikan dengan upaya menghapus ingatan publik tentang nama grup band itu sendiri. Personil band boleh berganti berapa kali pun. Tapi nama band jangan sampai berubah. Ini sudah dialami oleh sejumlah band besar di tanah air. Mulai dari Slank, Dewa 19, Gigi, dan lain-lain.
Kalaupun ada grup band yang bubar, nama mereka tidak berubah alias tetap. Nama yang tidak berubah inilah yang menjadikan ingatan publik tetap kuat terhadap grup band bersangkutan.
Ini dialami grup cadas Power Metal dan Power Slaves. Kedua grup ini pada akhirnya bubar atau tidak lagi berkarya. Namun ingatan tentang kedua grup band tetap bertahan terus di sebagian generasi 90-an seperti saya. Sukses terus buat Ariel, Lucky, Lukman dan Reza dengan nama barunya.
Komentar
Posting Komentar