Kepercayaan, inilah salah satu prinsip yang harus dipegang teguh oleh pebisnis jika ingin sukses. Tanpa kepercayaan mustahil akan ada kesepakatan bisnis yang akan menghasilkan keuntungan.
Konon, orang Tionghoa memegang teguh prinsip ini. Bahkan prinsip kepercayaan ini merupakan modal dasar bagi mereka ketika terjun dalam dunia bisnis.
Tak mengherankan, jika banyak orang Tionghoa yang sukses berbisnis karena mereka benar-benar memegang teguh kepercayaan yang telah diberikan oleh mitra bisnisnya. Kepercayaan ini diterjemahkan dengan menjaga mutu produk yang dijual, memberikan servis yang optimal, dan tidak ingkar janji dalam membayar utang.
Di Islam sendiri ada contoh yang sangat baik tentang prinsip kepercayaan ini. Nabi Muhammad SAW. dahulu dikenal sebagai pedagang yang jujur. Karenanya, banyak orang percaya kepada beliau dan bahkan beliau mendapat julukan al-amin yang berarti orang yang bisa menjaga amanah dan bisa dipercaya.
Di tengah persaingan bisnis yang semakin kompleks dan ketat seperti sekarang tak jarang unsur kepercayaan ini dilupakan. Kalaupun diingat, mungkin hanya terlintas sesaat.
Persaingan yang ketat membuat banyak orang harus berpikir cepat, termasuk dalam meraup untung alias profit. Demi untung cepat dan banyak, beberapa hal pun dilupakan. Asal dagangan laku dan laba di tangan, mutu barang dan layanan purna jual tak perlu dipikirkan.
Saya belajar satu hal sederhana dari seorang teman Tionghoa saya bernama Bambang. Dalam obrolannya, dia mengajarkan dua hal penting agar seseorang mulus menjalankan bisnisnya, kepercayaan dan berkah.
Bagi Bambang, kepercayaan akan membawa berkah. Berkah takkan singgah jika tidak dilandasi kepercayaan.
Kok bisa begitu? Untuk bisa membangun kepercayaan di level manapun seseorang dituntut jujur dan bisa meyakinkan orang lain bahwa dia memang layak mendapat kepercayaan.
Perlu kerja keras dan keuletan dalam membangun kepercayaan. Karena kepercayaan tidak bisa dibangun dalam sekejap.
Artinya, orang perlu beberapa kali bertemu dan berbincang untuk saling meyakinkan. Setelah itu baru memberikan jaminan bahwa keduanya bisa saling bersikap jujur, fair, dan bisa menjaga kesepakatan bisnis. Bila semuanya sudah terjadi, maka tinggal melihat bagaimana praktiknya di lapangan.
Komentar
Posting Komentar