Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2008

Fakta Singkat tentang Rahman Halim dan Gudang Garam Kediri

Di kota kecil bernama Kediri , hampir semua orang tahu siapa itu Rahman Halim . Dialah bos PT. Gudang Garam Tbk . Nama aslinya adalah Tjoa To Hing. Rahman Halim adalah generasi kedua dari perusahaan rokok Gudang Garam.  Bagi saya yang asli Kediri Jawa Timur, keberadaan Gudang Garam seperti sebuah legenda. Legenda tentang kesuksesan kaum Tionghoa membangun bisnisnya namun tetap memberikan kesejahteraan bagi masyarakat di sekitarnya. Saya belum pernah bertemu langsung dengan Rahman Halim. Saya hanya tahu nama dan lokasi pabriknya. Banyak orang di Kediri mengenal Rahman Halim dari pemberitaan di media. Prestasi terakhirnya adalah menjadi orang kaya kedelapan di kawasan Asia Tenggara.  Bagi saya pribadi itu bukan prestasi yang mengherankan. Sejak kecil saya sudah dikenalkan dengan nama besar Gudang Garam . Dalam salah satu iklan di harian Jawa Pos , saya sempat tahu kalau Gudang Garam merupakan pabrik rokok terbesar di Asia Tenggara. Areal pabriknya berdiri megah di salah sat...

Fakta Kebebasan Pers di Era Reformasi

Kebebasan pers seperti yang banyak diidamkan insan pers mulai terasa sejak Orde Baru yang dipimpin Suharto runtuh. Naiknya BJ. Habibie menggantikan Suharto rupanya diikuti oleh komitmennya untuk menjamin kebebasan pers. Secara khusus Habibie bahkan mengundang para pemimpin redaksi media massa untuk berdilaog langsung dengan dirinya di Istana Negara guna membicarakan masalah seputar pers. Pada saat itulah, pemerintah memutuskan Surat Izin Usaha Penerbitan Pers (SIUPP) tak bisa dicabut. Sementara itu urusan pembuatan SIUPP juga makin dipermudah. Iklim kebebasan pers yang tergolong kondusif terus berlangsung pada saat tampuk kekuasaan beralih ke Abdurrahman Wahid serta Megawati. Tak mengherankan kiranya, pada masa ketiga presiden ini jumlah media massa khususnya media cetak terus bertambah. Komitmen pemerintah untuk menjamin kebebasan pers juga terus disuarakan. Salah satunya pernyataan Presiden Megawati Soekarno Putri yang menjamin penegakan kebebasan pers di Indonesia. Hal it...

Fakta Kebebasan Pers di Masa Orla dan Orba

Kemerdekaan yang diperoleh bangsa Indonesia sejak 17 Agustus 1945 tak lantas mengantarkan pers yang hidup di zaman itu merasakan kebebasannya. Di zaman kepemimpinan presiden Soekarno tercatat sejumlah surat kabar ditutup dan dilarang terbit karena dinilai berseberangan dengan Pemimpin Besar Revolusi. Pemberangusan terhadap pers memang masih memungkinkan pada waktu itu. Mengingat, sistem perundangan dan hukum yang dipakai di Indonesia pada masa-masa awal kemerdekaan masih mewarisi peninggalan Belanda. Beberapa pasal karet dengan mudah bisa diterapkan jika ada penerbitan pers yang tidak sesuai dengan kepentingan politik penguasa. Lima belas tahun setelah Indonesia merdeka, tradisi mengatur kebebasan pers dimulai. Berdasarkan Penetapan Presiden No 6/1960, Penguasa Perang Tertinggi (Peperti) diberi kekuasaan untuk memberlakukan Surat Izin Terbit (SIT) secara nasional. Penggunaan perizinan sebagai alat kendali pemerintah untuk meredam kebebasan pers terbukti ampuh. Perjuangan pe...

Fakta Kebebasan Pers di Zaman Kolonial

Sejak zaman penjajahan, Belanda memang mendorong memunculkan media, khususnya media cetak, untuk memberikan informasi bagi sebagian kecil kelompok masyarakat, di samping sebagai alat perjuangan. Upaya pemerintah yang berkuasa untuk mengontrol pers kiranya bisa ditilik sejak tahun 1904. Catatan sejarah menunjukkan Gubenur Jenderal Belanda yang berkuasa antara tahun 1904-1909, Van Heutsz bisa dikatakan merupakan tenaga penggerak di balik kebijakan baru berkenaan dengan pemberian informasi kepada pers. Ada dua alasan yang dapat dikemukakan untuk itu. Pertama, pengalamannya sebagai panglima di Aceh dalam masalah memberikan keterangan atau tidak kepada pers dengan masalah gejala delik pers, telah membuatnya akrab sekali dengan mekanisme pembentukan pendapat umum. Terutama masalah-masalah pengungkapan kekejaman tentara dalam surat kabar sangat menyedihkan hatinya, dan sering dianggapnya sebagai fitnah. Sehubungan dengan dengan itulah, Van Heutsz bicara tentang “surat-surat kabar Bat...

Telepon Genggam dan Kita

Pernahkah Anda mencoba lepas sehari saja dengan telepon genggam Anda? Jika Anda pernah mencobanya, tentu sangat mudah bagi Anda untuk menjawab pertanyaan saya tadi. Di tengah kesibukan yang makin “menggila” telepon genggam sudah menjadi barang wajib bagi sebagian besar masyarakat.  Sengaja saya beri tanda kutip kata “menggila” tadi untuk menegaskan bahwa banyak orang yang kini tergila-gila memakai telepon genggam. Saking gilanya, mereka tidak bisa lepas barang sejenak dari benda yang satu itu. Itu artinya komunikasi sudah menjadi kebutuhan pokok masyarakat. Membeli telepon genggam dan membeli pulsa sudah menjadi rutinitas yang menghiasi keseharian kita.  Kenyataan tentang pentingnya telepon genggam ini menyadarkan saya bahwa seseorang bakal merasa tidak lengkap jika telepon genggamnya tidak bisa berfungsi. Inilah yang saya alami saat berada di Hotel Mambrouk Anyer Banten, Selasa 29 Juli 2008 lalu. Acara liburan mendadak itu menjadikan saya tidak bisa membawa tiga buah charger untu...

Fakta Hiburan: Konser Terakhir Peterpan

Minggu, 19 Oktober 2008 kemarin menjadi konser terakhir bagi band terbesar Indonesia: Peterpan. Pasca konser terakhir yang digelar di Pantai Carnaval Ancol Jakarta dan disiarkan secara khusus oleh dua televisi swasta itu, Peterpan bakal berganti nama. Pergantian nama itu sendiri menjadi salah satu cerita khusus bagi perjalanan Peterpan yang terbukti sudah mendapat simpati jutaan penggemarnya. Peterpan dipaksa ganti nama setelah muncul perpecahan di antara personilnya. Itu terjadi setelah keluarnya Andika. Pemain keyboard ini mengklaim dirinyalah yang mengusulkan agar band yang dibentuknya bersama Ariel dan kawan-kawan diberi nama Peterpan. Karena Andika dikeluarkan dari Peterpan oleh Ariel, maka Andika secara khusus meminta agar nama Peterpan tidak lagi digunakan. Alhasil, hingga waktu yang telah disepakati Peterpan harus berganti nama. Pergantian nama grup band ini mengingatkan saya pada jargon yang diusung oleh perusahaan Fortune PR. Dalam sebuah kesempatan, Fortune PR mem...

Pers dan Kepentingan Politik

Dalam sejarah kehidupan berbangsa dan bernegara, pers dan pemerintah merupakan dua entitas yang saling terkait dan tak bisa dipisahkan. Terlebih dengan makin mapannya demokrasi di berbagai belahan negara di dunia, arti dan peran penting pers pun makin meningkat serta dihargai. Tidak berlebihan kiranya jika pers kemudian disebut sebagai pilar keempat demokrasi. Meski terkesan klise, julukan pilar keempat demokrasi bagi pers setidaknya memberi semacam pengakuan bahwa peran pers di berbagai negara yang mengaku demokratis cukup diperhitungkan. Pengakuan ini paling tidak memahamkan kepada masyarakat luas, bahwa pers juga bisa berperan mempengaruhi kebijakan pemerintah selain tiga pilar lainnya yaitu: eksekutif, legislatif, serta yudikatif. Bagi pemerintah di negara yang sadar betul peran penting pers terhadap publik ada dua sikap yang paling mungkin dilakukan. Pertam a, menghargai dan menghormati kebebasannya terkait dengan kritik dan kontrol yang disampaikan. Kedua , mengendalika...

Resensi Novel Tarian Bumi

Banyak sudah yang mengakui bahwa Bali adalah sumber inspirasi. Terlebih lagi bagi sosok Oka Rusmini . Terlahir sebagai perempuan keturunan Bali yang berdarah bangsawan, Oka fasih meramu alur cerita bernuansa Bali dengan segala detil kehidupan ritualnya. Lewat novel Tarian Bumi ini, Oka Rusmini menyuguhkan sebuah realita Bali yang dari jauh terkesan eksotik, namun sesungguhnya memendam luka yang teramat dalam bagi para penghuninya. Jalinan kisah dalam novel ini boleh jadi merupakan sebuah warta bagi orang-orang yang mungkin sering terkesima dengan Bali. Berikutnya setelah dihayati lebih jauh lagi, tampaklah ada setumpuk gugatan yang ingin disampaikan oleh Oka. Lebih jauh lagi, perempuan yang lebih dikenal sebagai penyair ini ingin menyadarkan arti pentingnya pilihan hidup yang dikaitkan dengan guratan takdir Sang Hyang Widhi. Keyakinan, ketabahan, kejujuran, keprasahan, semuanya terangkai menjadi satu dalam novel ini.  Muara dari semuanya itu adalah sebuah perjuangan seorang i...

Fakta Unik Pasar Baru Jakarta

Ada banyak cara belajar sejarah. Salah satunya lewat jalan-jalan santai. Itulah yang ditawarkan oleh Sahabat Museum , pada Minggu 25 Januari 2004 lalu. Ratusan orang sejak pagi sudah ngumpul di Kantor Pos Filateli Pasar Baru Jakarta. Mereka adalah peminat acara Plesiran Tempo Doeloe . Minggu pagi itu, para peserta dari beragam usia, hendak bernostalgia dengan kota Jakarta. Tepatnya, di seputaran Pasar Baru hingga Pintu Air. Sebelum plesiran jalan kaki dimulai, sebuah film dokumenter berpengantar bahasa Belanda diputar. Sembari lesehan di lantai, para peserta dihantar sejenak menengok wajah Jakarta di tahun 1912-an. Film hitam putih itu menceritakan beberapa hal penting tentang kota yang dulunya bernama Batavia. Terlihat di sana suasana jalan Matraman Jakarta Timur yang lengang. Jalan itu dulunya dikenal dengan nama, jalan Meester Cornelis atau Jatinegara. Nama itu kini diabadikan menjadi pasar Mester di Jatinegara. Dalam buku Robin Hood Betawi karya Alwi Shahab, Meester Cornelis...

Kepercayaan dan Berkah

Kepercayaan, inilah salah satu prinsip yang harus dipegang teguh oleh pebisnis jika ingin sukses. Tanpa kepercayaan mustahil akan ada kesepakatan bisnis yang akan menghasilkan keuntungan. Konon, orang Tionghoa memegang teguh prinsip ini. Bahkan prinsip kepercayaan ini merupakan modal dasar bagi mereka ketika terjun dalam dunia bisnis. Tak mengherankan, jika banyak orang Tionghoa yang sukses berbisnis karena mereka benar-benar memegang teguh kepercayaan yang telah diberikan oleh mitra bisnisnya. Kepercayaan ini diterjemahkan dengan menjaga mutu produk yang dijual, memberikan servis yang optimal, dan tidak ingkar janji dalam membayar utang. Di Islam sendiri ada contoh yang sangat baik tentang prinsip kepercayaan ini. Nabi Muhammad SAW. dahulu dikenal sebagai pedagang yang jujur. Karenanya, banyak orang percaya kepada beliau dan bahkan beliau mendapat julukan al-amin yang berarti orang yang bisa menjaga amanah dan bisa dipercaya. Di tengah persaingan bisnis yang semakin ...

Dari Natal Hingga Idul Fitri

Natal dan Idul Fitri tentu punya makna yang mendalam bagi dua umat beragama terbesar di Indonesia. Secara kebetulan selama beberapa tahun terakhir, dua hari raya ini diperingati pada waktu yang berdekatan. Tak heran, jika pemerintah memberi perhatian yang cukup besar bagi peringatan dua hari di atas. Mengingat perayaannya yang bersifat kolosal dan selalu ada siklus tahunan yang berulang. Idul Fitri selalu saja diidentikkan dengan mudik dan bertemu keluarga di kampung halaman. Budaya yang sudah mengakar ini memang terlalu sayang untuk dilewatkan bagi beberapa orang. Adapun Natal bagi sebagian umat Kristiani juga bisa dimaknai mudik meski tidak sekolosal yang dilakukan oleh umat Islam. Dari Idul Fitri hingga ke Natal tentu ada banyak cerita, begitu pula sebailknya. Natal tahun lalu saya lewatkan di Lembaga Pemasyakaratan Cipinang Jakarta Timur . Profesi saya sebagai jurnalis yang mengharuskan saya ke sana. Seperti telah diketahui, setiap tahun Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Ma...

Membangun Citra yang Unggul Bagian ke-1

Menjual produk tak ubahnya menawarkan sebuah karya seni. Karya seni menawarkan citra tertentu bagi para penikmatnya. Karena image yang melekat di dalamnya, karya seni menjadi menarik untuk dilihat sekaligus dinikmati.  Hal serupa juga terjadi saat menawarkan, menjajakan dan memasarkan produk. Dalam arus modernitas seperti yang terjadi sekarang, citra sebuah produk seringkali dikaitkan dengan feeling alias perasaan. Siapa saja yang bisa menggaet feeling khalayak, maka dia berhasil menanamkan image suatu produk di benak konsumen dan calon konsumen.  Kenapa citra menjadi penting? Citra yang melekat para brand merupakan tahap lanjutan untuk terus mendekatkan produk dengan konsumennya. Agar konsumen loyal terhadap sebuah produk, konsumen tidak cukup jika hanya mengenal brand dan kegunaan produk.  Citra harus bisa dilekatkan dalam memasarkan produk. Citra yang kuat dan pas pada sebuah produk akan mengajarkan kepada konsumen untuk mengaitkan sebuah produk dengan perasaan tert...

Fakta Seputar Perang Korea

Semenanjung Korea akhirnya merdeka. Hari itu tanggal 3 Oktober 1945, bangsa Korea menghirup kemerdekaan, setelah dijajah oleh negeri matahari terbit; Jepang. Begitulah, sejarah baru bangsa Korea terbentang dan bergulir. Rasa haru kemerdekaan itu agaknya hanya berumur sesaat. Semenanjung damai yang dulunya bersatu, kembali terkoyak. Tiba-tiba Korea Utara menyerang Seoul dengan tujuan yang jelas; menginvasi Korea Selatan. Tragedi kemanusiaan bertajuk Perang Korea atau yang dikenal pula dengan Korean War digelar. Luka bangsa Korea semasa penjajahan Jepang belumlah usai. Berikutnya, pada tanggal 25 Juni 1950, luka bangsa itu disayatkan lagi oleh saudara sebangsa. Perang, di belahan bumi manapun berlangsung, senantiasa menorehkan luka yang teramat dalam bagi semua pihak yang terlibat di dalamnya. Dalam realitanya, perang merupakan pilihan akhir yang dilematis yang harus dijalani oleh suatu bangsa, setelah upaya lain terhenti. Tak peduli apapun bentuk perang tersebut dan alasan y...

Fakta Pianis 4 Jari Hee Ah Lee

Hei A, nama gadis Korea itu. Tingginya hanya 103 centimeter dengan berat badan 33 kilogram. Saat usianya sudah beranjak 19 tahun, tinggi badan Hei A sama dengan anak berumur 4 tahun. Secara fisik, Hei A memiliki sejumlah kekurangan. Gadis yang gemar makan ini, terlahir hanya dengan empat jari di tangannya. Tapi kekurangan fisik, tidak memupus semangat Hei A. Ibunya, menginginkan Hei A tumbuh wajar dan memiliki keahlian. Obsesinya, menjadikan Hei A seorang pianis. Karenanya sejak kecil Hei A dimasukkan ke sekolah piano. Butuh waktu enam bulan, sampai akhirnya ada sekolah piano yang mau menerima Hei A. Sejumlah sekolah piano menolak mengajar Hei A karena dia hanya punya empat jari. Belum lagi kakinya yang pendek sehingga menyulitkannya menyentuh pedal piano. Beruntung, ada sekolah piano yang bersedia mengajar Hei A. Awal mula belajar piano, jari-jari tangan kanan dan kiri Hei A tak bisa memainkan tuts-tuts piano secara sinkron. Namun, ibu Hei A dengan sabar menemaninya belajar...

Mbah Kusni

“Mari silahkan diangkat. Rumah yang indah sudah menanti,” ucap Ustazd Mumun siang itu selepas shalat Jumat. Jenazah Mbah Kusni bin Sutokarso itu pun segera terangkat oleh empat orang jamaah masjid. Semuanya berjalan tenang. Dari dekat mimbar khatib jenazah kemudian bergerak cepat menuju mobil ambulan yang mulai meraung. Aku tercenung beberapa detik.  Mbah Kusni telah pergi meninggalkan kami, ucapku pelan dalam hati. Simbah meninggal dalam usia 71 tahun, hari Kamis sore pukul 15.45 WIB. Beliau memang sudah renta. Sudah titi wancine kalau orang Jawa bilang. Atau sudah waktunya meninggal. Padahal sekitar dua bulan lalu beliau masih sempat pergi ke Kediri Jawa Timur untuk membeli madu dan jamu untuk dijual kembali di Depok.  Aku masih tercenung tenang saat melangkahkan kaki keluar masjid. Dalam benakku aku berpikir betapa kurang ajarnya aku ini. Tiga tahun sudah aku tinggal dan bekerja di Jakarta. Belum pernah sekalipun aku berkunjung ke rumah Mbah Kusni di Depok. Sekalinya berkunjung,...